REPORTASEJABAR.COM -Satu Desa (Padukuhan) Bulu yang berada paling timur di Kelurahan Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H, menggelar kegiatan dalam tema “Mentereng” .
Acara yang sempat tertunda beberapa Tahun akibat pandemi Covid-19 ini diramaikan dengan aneka hiburan dengan mendatangkan ustadz kenamaan dari kota. Kamis, 11 April 2024
Inilah yang terasa bagi warga Padukuhan Bulu, untuk Lebaran kali ini merupakan yang berbeda dengan melakukan merias beberapa ruas Jalan dengan Umbul-umbul sepanjang jalan Utama Kampung, juga tidak lupa Balai Dusun yang biasanya digunakan untuk acara-acara Padukuhan di percantik oleh warga secara bersama sama dengan Guyub.
Undangan yang sudah tersebar sebelumnya, di hari Lebaran ke-dua, seluruh warga masyarakat berkumpul untuk menyambut warga perantau dalam acaravTemu Warga dan Syawalan.
Balai Padukuhan Bulu menjadi saksi sejarah untuk Anak perantau sambil berduyun datang membawa serta keluarga mereka dengan pakaian bernuansa putih.
Sekilas terbaca, mana yang sukses dan mana yang akan menyusul sukses. Siapa yang makmur dan mana yang masih berjuang, Mana yang melulu bujang dan mana yang sudah kembali bujang.
Kegiatan tersebut di hadiri 750 orang tamu undangan tersebut. Yakni ‘Sura Dira Jayaningrat, Lebur dening Pangastuti’.
Segala sesuatu yang jahat dan tidak baik akan terlibas dengan segala hal yang baik nan luhur. Demikian kira-kira yang bisa diangkat di sebalik tema acara siang sepanjang hari tersebut.
Tak kalah kalah dengan acara di kota, hajatan Temu Warga padukuhan Bulu dikemas dengan cukup apik. Dengan dipandu duo MC debutan baru Haryadi Witoko dan Arif Rahman, acara berlangsung semarak. Seni tradisi reog tak lupa ditampilkan. Seni tradisi yang paguyubannya baru saja mendapat mengesahan dari Dinas Kebudayaan Kabupaten ini memang eman kalau terlewatkan. Kesan sakral menguar dari penampilan mereka.
Inilah barangkali local wisdom itu. Kata Dhukuh Dukut Raharjo, yang dalam tiga tahun ke depan akan memasuki masa pensiun, menyampaikan pidato dengan penuh emosional. Mengharukan.
“Memungkasi acara sepanjang hari tersebut, warga perantau yang ada di kota memberikan tali asih untuk warga masyarakat dan kaum muda melalui lembaga resmi padukuhan. Mungkin secara nominal tidak seberapa, tetapi maknanya tidak akan ternilai dengan apa pun.”ucapnya.
Itulah cara warga saling bertemu di momentum Idul Fitri 1 Syawal 1445 H mereka saling memaafkan. Dan Terbersit semangat kebersamaan.” Punkas
Red.