Kabupaten Bandung, Reportasejabar.com -Menghidupkan budaya jujur di sekolah merupakan langkah strategis dalam membentuk karakter siswa yang berintegritas. Kejujuran tidak hanya menjadi nilai moral, tetapi juga fondasi bagi terciptanya lingkungan belajar yang sehat, terbuka, dan terpercaya. Namun, upaya menumbuhkan budaya jujur bukanlah hal yang mudah. Ada berbagai tantangan yang kerap muncul di lingkungan sekolah, mulai dari kebiasaan siswa yang terbiasa meniru dalam ujian, tekanan akademik yang membuat sebagian siswa memilih jalan pintas, hingga pengaruh lingkungan luar yang sering kali
mempertontonkan praktik ketidakjujuran sebagai sesuatu yang lumrah. Selain itu, budaya jujur sulit bertahan jika tidak didukung oleh seluruh elemen sekolah. Ketika guru, staf, bahkan orang tua tidak memberikan teladan, siswa sulit memahami makna kejujuran secara utuh. Tantangan lain muncul dari sistem penilaian yang terlalu menekankan capaian angka, sehingga memicu siswa melakukan kecurangan demi mencapai nilai tinggi. Situasi ini menunjukkan bahwa kejujuran memerlukan ekosistem yang mendukung, bukan sekadar himbauan. Meski penuh tantangan, harapan untuk menumbuhkan budaya jujur tetap terbuka lebar. Sekolah dapat menjadi tempat paling ideal untuk menanamkan nilai ini sejak dini.
Langkah-langkah seperti memberikan teladan nyata, mengintegrasikan nilai kejujuran dalam pembelajaran, menciptakan aturan yang adil, serta menumbuhkan budaya apresiasi terhadap sikap jujur dapat menjadi kunci keberhasilan. Ketika guru konsisten memberikan contoh integritas, siswa akan lebih mudah meniru dan membiasakan diri berperilaku jujur. Di masa depan, jika budaya jujur benar-benar hidup di sekolah, kita dapat berharap lahirnya generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat dan dapat dipercaya. Mereka akan tumbuh menjadi individu yang siap membangun masa depan bangsa dengan nilai-nilai moral yang kokoh. Dengan demikian, menghidupkan budaya jujur bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Dengan demikian, melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan oleh Tim Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Pamulang dengan tema “Penguatan Nilai Kejujuran untuk Membentuk Karakter Siswa yang Berintegritas” di SMP Islam At-Taqwa, Tangerang Selatan, siswa-siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan secara normatif, tetapi juga pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya kejujuran sebagai nilai fundamental dalam pembentukan karakter. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan contoh konkret perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat, sehingga nilai kejujuran tidak berhenti pada tataran konsep, tetapi terinternalisasi dalam sikap dan tindakan siswa.
Secara teoretis, upaya penguatan nilai kejujuran sejalan dengan pandangan Lickona yang menyatakan bahwa pendidikan karakter harus mencakup tiga komponen utama, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Melalui kegiatan pengabdian ini, siswa dibekali pengetahuan tentang makna dan pentingnya kejujuran (moral knowing), ditumbuhkan kesadaran dan komitmen untuk bersikap jujur (moral feeling), serta diarahkan untuk mempraktikkan perilaku jujur dalam keseharian (moral action). Dengan demikian, kejujuran tidak hanya dipahami sebagai nilai moral, tetapi juga diwujudkan dalam perilaku nyata.
Selain itu, teori belajar sosial dari Bandura menekankan bahwa perilaku individu banyak dipengaruhi oleh proses observasi dan peniruan terhadap model yang ada di sekitarnya. Dalam konteks kegiatan ini, dosen dan guru berperan sebagai role model yang menunjukkan sikap jujur dan berintegritas, sehingga siswa dapat belajar melalui contoh langsung. Keteladanan tersebut menjadi faktor penting dalam membentuk karakter siswa, karena nilai kejujuran lebih mudah ditanamkan melalui praktik dan pembiasaan dibandingkan melalui ceramah semata.
Lebih lanjut, pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan karakter yang menekankan konsep ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani juga relevan dengan pelaksanaan kegiatan ini. Dosen dan pendidik tidak hanya memberikan teladan di depan, tetapi juga membangun kemauan siswa untuk bersikap jujur serta memberikan dorongan agar nilai tersebut tumbuh secara berkelanjutan.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kejujuran memerlukan sinergi antara keteladanan, pembiasaan, dan pendampingan. Dengan mengaitkan praktik pengabdian kepada masyarakat dengan teori para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penguatan nilai kejujuran di SMP Islam At-Taqwa merupakan langkah strategis dalam membentuk karakter siswa yang berintegritas. Melalui pendekatan edukatif, keteladanan, dan pembiasaan yang berlandaskan teori pendidikan karakter, diharapkan nilai kejujuran dapat tertanam kuat dalam diri siswa dan menjadi fondasi dalam membangun generasi yang berakhlak, bertanggung jawab, serta berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Red.








