
Oleh: Nandan Limakrisna.,
Pendahuluan
Indonesia sedang bersiap menuju Indonesia Emas 2045, saat republik ini genap berusia 100 tahun. Visi besarnya jelas: menjadi negara maju, berdaulat, adil, dan makmur. Namun, tidak ada Indonesia Emas tanpa kemandirian pangan dan kekuatan ekonomi nasional yang berbasis rakyat.
Sektor pertanian, meski kerap dianggap sektor tradisional, sesungguhnya adalah fondasi kedaulatan ekonomi. Data BPS (2024) menunjukkan sektor ini masih menyumbang 12–13% PDB dan menyerap ±30% tenaga kerja. Namun, produktivitasnya stagnan, lahan makin rusak, dan ketergantungan terhadap pupuk kimia serta impor bahan pangan terus meningkat.
Kunci untuk membalik keadaan ini terletak pada revolusi pupuk — dari pola kimia sintetik menuju pupuk organik dan hayati yang menghidupkan kembali kesuburan tanah dan kemandirian petani. Kebijakan pupuk bukan sekadar soal pertanian, melainkan strategi ekonomi nasional jangka panjang.
Tantangan: Ketergantungan Kimia dan Degradasi Tanah
Selama empat dekade, kebijakan pupuk Indonesia sangat bergantung pada subsidi pupuk kimia (urea, NPK). Dampaknya:
- Penurunan kandungan bahan organik tanah hingga <2% di lahan sawah intensif (idealnya ≥5%).
- Kehidupan mikroorganisme tanah rusak, mengakibatkan ketidakseimbangan hara, penurunan produktivitas, dan meningkatnya biaya produksi.
- Ketergantungan impor bahan baku pupuk kimia meningkat, menguras devisa negara.
- Kerusakan lingkungan melalui pencemaran air tanah dan emisi gas rumah kaca.
Studi FAO (2023) memperkirakan degradasi tanah dapat menurunkan hasil panen 20–30% dalam 15 tahun jika tidak dilakukan perubahan kebijakan. Ini artinya, tanpa langkah strategis, swasembada pangan akan semakin menjauh dari genggaman.
Solusi Strategis: Gerakan Nasional Pupuk Organik & Hayati (GNOH)
Pupuk organik (kompos, pupuk kandang, bio-slurry) dan pupuk hayati (mikroba pengikat nitrogen, pelarut fosfat, PGPR, dekomposer) menawarkan solusi jangka panjang untuk memulihkan kesuburan tanah dan memperkuat kemandirian pangan.
🔸 Manfaat Ekonomi dan Lingkungan
- Meningkatkan produktivitas berkelanjutan
Penelitian Balai Penelitian Tanah (2023) menunjukkan kombinasi pupuk hayati + organik dapat meningkatkan produktivitas padi 15–25% sambil mengurangi pupuk kimia hingga 50%. - Mengurangi impor pupuk dan menghemat devisa
Produksi pupuk hayati & organik dapat dilakukan oleh koperasi, BUMDes, dan UMKM. Potensi penghematan subsidi pupuk kimia bisa mencapai triliunan rupiah per tahun jika 30–40% digantikan pupuk organik nasional. - Mendorong ekonomi sirkular desa
Limbah pertanian dan peternakan diolah menjadi pupuk bernilai ekonomi. Ini menciptakan lapangan kerja baru dan menumbuhkan industri desa. - Menurunkan emisi dan menjaga lingkungan
Penggunaan pupuk hayati menurunkan emisi N₂O (gas rumah kaca) dan memperbaiki struktur tanah, mendukung komitmen Indonesia terhadap Paris Agreement.
Kebijakan yang Diperlukan
Untuk mengubah arah, diperlukan Gerakan Nasional Pupuk Organik & Hayati (GNOH) dengan lima pilar kebijakan strategis:
1️. Alih Subsidi ke Kesehatan Tanah
Ubah sebagian subsidi pupuk kimia menjadi subsidi berbasis rekomendasi uji tanah. Petani mendapat insentif bila menggunakan kombinasi organik + hayati.
2️. Industri Organik Lokal di Desa
Dorong koperasi, BUMDes, dan UMKM menjadi produsen pupuk hayati dan organik bersertifikat. Pemerintah dapat memberi viability gap funding dan pelatihan teknologi mikroba.
3️. Riset Terapan & Sertifikasi Cepat
Percepat riset strain mikroba lokal unggul dan standarisasi SNI pupuk hayati. Kolaborasi perguruan tinggi–BRIN–swasta sangat krusial.
4️. Integrasi dengan Lumbung Pangan & Food Estate
Setiap kawasan sentra pangan wajib memiliki unit produksi pupuk organik–hayati lokal, menciptakan rantai pasok pupuk mandiri.
5️. Skema Pembiayaan Hijau
Manfaatkan green financing, CSR BUMN, dan dana desa untuk investasi mesin pengolahan limbah dan fermentasi mikroba. Program ini dapat membuka ribuan lapangan kerja baru di sektor hijau.
Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Gerakan pupuk organik & hayati bukan hanya isu pertanian, melainkan penggerak ekonomi nasional dalam tiga jalur strategis:
- Pengurangan Impor & Penghematan Devisa
Indonesia masih mengimpor bahan baku pupuk kimia dalam jumlah besar. Dengan menggantikan 30% pupuk kimia melalui produksi organik lokal, Indonesia berpotensi menghemat miliaran dolar per tahun—anggaran yang dapat dialihkan untuk riset, pendidikan, dan infrastruktur. - Penciptaan Lapangan Kerja Hijau
Pengembangan industri pupuk organik lokal akan melahirkan ribuan UMKM baru di sektor bioindustri. Desa menjadi pusat ekonomi baru, bukan sekadar objek pembangunan. - Kedaulatan Pangan sebagai Basis Ekonomi Kuat
Negara maju selalu berawal dari ketahanan pangan. Jepang, Korea Selatan, dan China membangun fondasi pertaniannya sebelum menjadi kekuatan industri. Indonesia dapat mengikuti jejak serupa: pertanian sehat → pangan kuat → industri tangguh → ekonomi berdaulat.
Dengan demikian, GNOH menjadi salah satu strategi ekonomi hijau untuk mendukung target Indonesia Emas 2045 — yakni menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-5 dunia dengan PDB per kapita di atas USD 23.000.
Landasan Al-Qur’an dan Hadis
Transformasi pupuk ini bukan hanya rasional secara ekonomi, tapi juga selaras dengan prinsip Islam tentang keberlanjutan:
- QS. Al-A‘raf: 56
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya…”
➤ Penggunaan pupuk hayati menjaga keseimbangan ekosistem tanah, bukan merusaknya.
- QS. Al-An‘am: 141
“Makanlah dari buahnya apabila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya… dan janganlah berlebih-lebihan (israf).”
➤ Penggunaan pupuk organik/hayati menghindarkan pemborosan sumber daya dan ketergantungan luar negeri.
- Hadis Nabi ﷺ
“Jika kiamat terjadi sementara di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit tanaman, maka jika ia mampu menanamnya, tanamlah.” (HR. Ahmad)
➤ Islam mendorong keberlanjutan produksi dan tanggung jawab ekologis hingga akhir zaman.
Penutup
Visi Indonesia Emas 2045 hanya dapat tercapai bila bangsa ini memiliki pondasi pangan dan ekonomi yang kuat. Pupuk organik dan hayati bukan sekadar alternatif teknis — ini adalah strategi nasional untuk:
✅ Memulihkan kesuburan tanah Indonesia
✅ Mendorong kemandirian ekonomi desa
✅ Menghemat devisa dan menciptakan industri hijau lokal
✅ Menjaga keberlanjutan sesuai prinsip Islam
Dengan keberanian kebijakan dan dukungan semua pihak — pemerintah, petani, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat — Gerakan Nasional Pupuk Organik & Hayati dapat menjadi salah satu pilar utama menuju Indonesia Emas 2045: negara yang mandiri pangan, sejahtera, dan berdaulat.

Nandan Limakrisna adalah akademisi dan pemerhati ekonomi-politik sumber daya alam. Aktif dalam kajian kebijakan publik dan strategi penguatan kedaulatan ekonomi nasional.
Rujukan Ilmiah
- BPS (2024). Statistik Pertanian Indonesia.
- FAO (2023). Soil Organic Matter and Food Security.
- Balai Penelitian Tanah (2023). Laporan Uji Lapangan Kombinasi Pupuk Hayati dan Organik.
- OECD (2025). Water Risks and Agricultural Productivity.
- SNI 6729:2016. Standar Pupuk Organik.